Staycation di Swiss-Bellin Saripetojo Solo (dan mlipir dikit-dikit)

Desember telah tiba, saatnya liburan akhir tahun dilaksanakan. Kemana, nih? 
Bali?
Bandung?
Malang?
Surabaya?
Yogyakarta?

Bagi kami, Solo akhirnya menjadi tempat kembali. Kali pertama liburan bareng ke Solo dan sekitarnya, kami memang ingin menjejaki tempat-tempat wisata di kota tersebut. Namun, akhir-akhir ini, kedatangan kami ke Solo karena ingin menikmati suasana kota tersebut. Malam hari di Galabo atau Ngarsopuro Night Market dan pagi hari di Car Free Day Slamet Riyadi. Terkadang sebelum ke Solo, kami terlebih dahulu melihat agenda yang akan diselenggaran di sana agar bisa juga ikut serta. Seperti beberapa kunjungan sebelumnya, staycation kami bertepatan dengan adanya Festival Lampion di Benteng Vastenburg, Solo Gamelan Festival, dan lain-lain. Bagi kami penggemar event budaya, bonus banget bisa melihat dan partisipasi.


Kami berangkat dari Semarang hari Sabtu pukul 7.00 pagi. Early banget? Ya, karena kami suka mampir di Boyolali buat having breakfast, di soto Hj. Fatimah. Sedari pagi sudah ramai dan menurutku harganya reasonable.

Museum Keris Nusantara
Tiba di Solo sekitar pukul 10.00. Mampir ke hotel dulu kemudian lanjut ke Museum Keris Nusantara. Gilak, liburan ke museum? That's our holiday be like. Nggak hanya sekadar wisata alam, kuliner, dan belanja, kami juga suka wisata edukasi dan sejarah. 

Masuk ke halaman Museum Keris Nusantara, tidak banyak kendaraan pengunjung yang terparkir di situ. Bisa dibilang sepi. Memang sepi atau kami yang terlalu pagi, molla. Terbilang baru, museum yang diresmikan 9 Agustus 2017 oleh Pak Jokowi ini menyimpan ratusan koleksi senjata tradisional, terutama keris. Nggak hanya koleksi, di museum ini ada sejarah dan pengetahuan tentang keris.

Keris Pak Presiden
Bangunan berlantai lima ini cukup luas dan sejuk--mon maap ACnya kenceng karena pengunjung sedikit, haha--sehingga membuat kami nyaman dan betah saat keliling museum. Jangan khawatir lelah karena di dalam museum terdapat lift yang siap angkut pengunjung ke setiap lantai. Kami memilih naik via tangga dan turun via lift. Ada ruang AV yang memutarkan video sejarah dan pembuatan keris di lantai dua. Lebih lengkapnya bisa berkunjung kesana ya, gak rugi kok. Tiket masuk weekday hanya Rp 7.500,00, hari libur Rp 10.000,00. Kunjungan kelompok bisa dapat harga lebih murah, lho.

Setelah puas berkeliling Museum Keris Nusantara di Jalan Bhayangkara No.2, Sriwedari, kami lanjut ke SGM. Tadinya kami ingin menghabiskan waktu lebih lama di sana sembari menunggu waktu check in tiba. Tapi karena pukul 12.00 lebih sedikit sudah ada kamar yang available, kami hanya makan dan belanja sebentar banget dilanjut ke hotel.

Kali ini, pilihan kami jatuh ke Swiss-Belinn Satipetojo. Jalan Slamet Riyadi masih jadi lokasi favorit kami untuk menginap. Meskipun berada di ujung, sekali saja tak apalah. Haha. Swiss-belinn ini satu gedung dengan Robinson. Lumayan nih bisa buat cuci mata. Kami masuk via pintu masuk Robinson, berarti parkir bayar dong? Pintu masuk hotel dan Robinson memang jadi satu, tapi bagi tamu hotel tidak perlu membayar. Cukup bawa kertas parkir ke resepsionis untuk dicap, dan tunjukkan ke petugas pintu saat keluar. Parkir hotel berada di basement sedangkan resepsionis ada di lobby. Mon maap lupa foto lobby.


Pintu kamar
Kami dapat kamar di lantai 12, lantai tertinggi di hotel ini. Memasuki kamar, kami disambut oleh cahaya menyilaukan dari jendela dan lantai keramik warna-warni. Ini baru kami temui di hotel ini. Lumayan unik sih. Sebelah kiri pintu, ada pintu kamar mandi yang juga cermin besar, yang juga pintu lemari baju. Ya, jadi kalau tutup kamar mandi, lemarinya bakal kebuka. Okenya adalah, cerminnya gede, jadi enak. Ini cermin terbesar yang pernah aku lihat di hotel. Di lemari baju, ada gantungan baju, ada slipper 2 pasang, plastik baju, dan ... lupa. 


Sink
Tampilan kamar mandi, biasa ada cermin, sink, amenities (sikat gigi, pasta gigi, shower cap, cutton buds, tissue), gelas kumur, ada hairdryer! Haha. Seneng banget lihat hairdryer karena biasanya nggak ada. Di bawah sink ada face towel dua buah, ada tempat sampah, tissue roll cadangan juga. Tapi sayang banget, pintunya nggak bisa dikunci karena nggak rapat. Syedih, tapi gapapalah nginep sama suami ini. Diisengin juga suami sendiri. Haha.



Toilet
Toilet berlantai warna-warni. Aku suka karena unik dan lantainya memberikan kesan kering. Warna dindingnya juga cukup cerah pas banget sama warna lantainya. (Penting nggak sih?)

Di atas toilet disediakan sanitary bag, ada tissue yang sudah terpasang dan ada --apatuhnamanyalupa-- semacam handuk buat keset. Hahaha. Penerangan cukup dan lantai bersih. Sayangnya, antara toilet dan shower hanya disekat kaca, I mean, tidak berpintu, jadi ada kemungkinan air bisa muncrat keluar. (Tergantung mandinya juga sih haha)

Bagusnya, ada shower yang sudah menggantung dan ada yang bisa dipegang (maafkan kekurangan kosakata). Untuk sabun mandinya sabun mandi batang yang bentuknya bundar warna putih (lah?!) dan shampoo cair. Cukup lengkap.


Cahaya Swiss
Nah ini penampakan waktu masuk kamar. Cahaya menyilaukan tadi. Jenis jendela yang tidak kusukai, ternyata suamiku juga nggak suka. Kami sepakat lebih suka yang ada korden samping daripada yang seperti ini, tapi waktu pesan kamar nggak kelihatan jendelanya, haha. 

Masih lihat lantai warna-warni? Lantai itu berbatasan dengan lantai kayu, jadi nggak terasa dingin ketika kaki menyentuh lantai. Di kanan ada lemari kecil. Paling bawah ada kulkas mini yang kosong (isi sendiri haha), atasnya ada brankas, paling atas ada set minum. Komfleet, syedih tehnya sosro, bukan teh tongtji, wkwkw. Ini mah kesukaan aku saja. Ada TV, brochures, trash can, lampu belajar yang nempel nggak bisa dipindah-pindah, dan kursi cantik warna biru yang kepingin aku bawa pulang. Haha. 

Bed

Bednya lumayan cozy. Bantalnya empat besar semua itu tambah bikin seneng. Biasanya ada yang dua bantalnya kecil-kecil semacam hiasan. 

Yahh, overall kamar cukup nyaman dan fasilitas lumayan lengkap. Kurangnya di pintu kamar mandi yang nggak bisa dikunci. Kalau untuk hotelnya, aksesnya agak sulit karena kalau mau ke arah (duh gak paham arah, let's say) Galabo harus puter balik dulu yang mana deket banget sama rel kereta yang ramai banget alhasil harus lewat jalan dalam yang sempit dan jalan kecil samping hotel itu satu arah. Jadi kalau ingin menginap tapi akses keluar masuk hotel lebih mudah, mending cari yang tidak di ujung. Hahaha.

Kembali ke cerita, setelah check in, kami istirahat. Suamiku menonton film sementara aku mumpung ada wifi, fangirlingan sampai puas. Hahaha. Selepas magrib, kami cuci mata di Robinson. Tapi yang kucari tidak ada jadi kami cuss ke Ngarsopuro Night Market. Tidak besar, tapi suasananya menyenangkan. Kami jajan street food dan akhirnya dinner disana juga, ala-ala pinggir jalan.  (Nggak sempet foto juga)

Sudah kenyang, suami nawarin buat mampir Matahari, tapi aku kangen kasur, jadi langsung pulang ke hotel. Paginya kami sarapan di hotel dan batal pergi jajan ke CFD karena suamiku sakit perut dan akhirnya aku ditinggal tidur -____-

Sekitar jam 10 kami sudah siap-siap check out karena mau mampir ke d'capello---ini wajib---buat beli macarons. Balik ke Semarang sambil pantau terus final BWF Momota-Ginting, mampir di rumah teman suami buat jenguk dedek bayik dan tiba di rumah dengan selamat. Alhamdulillah. 

Semacam simpel ya, tapi cukup refreshing. (Dan tambah pengalaman stay di Solo lagi, haha, biar cepet komplit misi experience hotel di Slamet Riyadi) Next stay, mau dimana? :D



Foto-foto dibuang sayang:








You Might Also Like

0 comments