Hari itu sebenarnya aku nggak berencana untuk stay di hotel. Rupanya ini kejutan dari sang suami untuk istrinya yang sudah beberapa waktu terakhir nggak berhenti ghibahin Star Hotel yang merupakan gedung paling tinggi di Semarang.
Tadinya selalu beranggapan kalau Star Hotel ini kelewat old, sambil menerka-nerka dalamnya seperti apa dan masihkah ada yang menginap di sana, secara kalau dilihat dari Jalan Sriwijaya, bagian atas hotel terlihat sudah luntur catnya. Haha, maafkeun kejelian mata saya ini. Sampai tiba beberapa waktu lalu saat aku lihat insta story teman yang menginap di sana dan pamer sunset cantik disana. Oh, ternyata ada yang nginep di sana juga...pikirku. Sejak saat itu, setiap lewat Star Hotel, mataku tak pernah lepas dari gedung itu.
Nah, pagi itu, sang suami mengirimkan sebuah file booking di Wasap. Alamak, romantis nian kau ini, padahal istrimu ini tidak minta. Haha. Karena hari itu suami pulang kerja sore hari, aku check in duluan di sana. Ternyata kami booking Star Apartment Lt 19 dan 20, bukan Star Hotelnya, tapi masih dalam satu bangunan.
Sekitar jam tiga sore, aku tiba di lobby Star Hotel dan langsung ke resepsionis buat check in, eh ternyata aku salah kamar. Yang di depan itu hanya untuk tamu Star Hotel saja. Aku diarahkan menuju ke Star Apt oleh mbak resepsionis. Katanya : lurus ke belakang dan belok kiri. Pikirku, begitu aku lurus ke belakang dan belok kiri, aku sampai di resepsionis untuk Star Apt. Eeehhh, sudah lurus ke belakang dan mau belok kiri, ternyata itu pintu ke parkiran. Ini mbaknya beneran apa mau ngeprank doang sih? -____- Terus aku balik lagi buat tanya sekali lagi, tapi ke orang yang berbeda, tengsin lah saya. Haha. Mbaknya bilang, aku harus ke lurus ke belakang, belok kiri, dan naik lift di parkiran sampai lantai 6. Oke, lumayan jelas. Aku ke jalan yang diarahkan dan ketemu lift.
Naiklah lift ke lantai 6 dan voila, aku tidak menemukan meja resepsionis di lantai itu. Buset, apa lagi ini ya Tuhan? Paling tidak, di situ ada kantornya Star Apt dan ada seorang bapak di dalamnya. Aku masuk dan bilang aku ingin check in di Star Apartment. Bapak tersebut melihat fileku dan mengarahkan ke lantai 19. Alamak.. Naik lift lagi dan ada seorang cewek di dalam. Dia akan ke lantai 15 dan aku pencet lantai 19. Setelah sampai di lantai 15, cewek itu turun dan anehnya, aku ikut turun. Dalam hati aku merutuki diri sendiri. Ngapain turun? Kan kamu turunnya di lantai 19. Mungkin aku hanya lapar. Naik lift lagi ke lantai 19.
Tiba di lantai 19, keluar lift ke arah kiri ada sebuah sofa dan meja kecil. Tak nampak resepsionis yang biasa aku lihat di hotel-hotel lain. Dan tidak ada orangnya. Kebetulan aku tiba bersama orang yang ternyata pegawai Star Apt. Dia bertanya, mau check in mbak? Kujawab iya. Di atas meja tersebut ada tulisan pencet bel, dan kupencet belnya sampai ada seorang pegawai yang tiba.
Proses check in lancar dan aku harus deposit seratus ribu rupiah. Petugas menyerahkan room card. Kamarku di lantai 20, jadi harus naik satu lantai lagi. Oke, usai sudah, akhirnya sampai di kamar, pikirku. Aku menuju ke sebuah pintu, kusodorkan room card tapi kok gagal teruuuus. Kebetulan pas ada satu pegawai di lantai itu, dia sigap mendatangiku, dan mengecek nomornya. Ternyata aku salah kamar. Lagi. Ini artinya aku benar-benar kelaparan.
Setelah sampai di depan pitu yang tepat, aku bisa masuk kamarku. Yah, lumayan luas. Aku langsung cek kamar mandi (ada satu hair cap, tiga cutton buds, satu sikat dan pasta gigi, dua handuk--sabun sudah ditempat), cek kamar, cek pemandangan. Karena ini apartment, ada pantri kecil di sebelah kanan pintu masuk. Kompor listrik, sink, dua set mangkok-piring-sendok-garpu-tapi sendoknya hanya satu yang akhirnya kami minta satu sendok lagi, dan seperti biasa ada air mineral, gula-teh-kopi-krimer. Okelah, lumayan. Bednya juga besar.
Cek dan ricek telah usai, saatnya berbaring santai sambil nonton TV. Kuraih remot dan pencet tombol power. Loh loh loh, kok nggak nyala? Yasudah, kuanggap baterainya habis sambil meraba-raba TV. Kunyalakan melalui power TV dan akhirnya menyala. Aku mau nonton film luar negeri ah, kalau RCTI di rumah aja bisa. Tapi ternyata eh ternyata, channelnya hanya sampai 17. Apa boleh buat daripada bored.
Tak berapa lama, suamiku tiba dan langsung kuajak ke rooftop di lantai 30. Lift hanya sampai lantai 28 sehingga untuk mencapai kolam renang tertinggi di Indonesia itu, kita harus naik lagi dua lantai. Sampai di atas, wow, pemandangan Kota Semarang terhampar jelas, ditemani sunset yang indah. Beberapa keluarga juga sedang asyik berenang atau sekadar duduk menikmati sunset. Mau renang tapi nggak bisa. Asyik dan healing banget di atas.
***
Begitulah cerita hari pertama, untuk hari kedua tidak terlalu menarik jadi sampai di sini. Review secara umum:
Kenyamanan kamar 💓💓💓💓
Kebersihan kamar 💓💓💓💓
Kebersihan kamar mandi 💓💓💓💓
Pelayanan 💓💓💓💓
Kelengkapan fasilitas (yang harusnya memang ada) 💓💓💓
View 💓💓💓💓
Harga 💓💓💓💓💓
Lokasi 💓💓💓💓
***
Oiya jadi ingat. Keesokan harinya, entah sedang ada apa di luar, tapi ada suara bising sekali yang sampai masuk kamar sampai akhirnya aku naikin volume TV biar tidak terdengar di dalam.
Boleh deh, sekali-kali coba menginap di Star Hotelnya, biar tahu beda antara Star Hotel dan Star Apartment-nya.
View dari swimming pool |
Nah, pagi itu, sang suami mengirimkan sebuah file booking di Wasap. Alamak, romantis nian kau ini, padahal istrimu ini tidak minta. Haha. Karena hari itu suami pulang kerja sore hari, aku check in duluan di sana. Ternyata kami booking Star Apartment Lt 19 dan 20, bukan Star Hotelnya, tapi masih dalam satu bangunan.
Sekitar jam tiga sore, aku tiba di lobby Star Hotel dan langsung ke resepsionis buat check in, eh ternyata aku salah kamar. Yang di depan itu hanya untuk tamu Star Hotel saja. Aku diarahkan menuju ke Star Apt oleh mbak resepsionis. Katanya : lurus ke belakang dan belok kiri. Pikirku, begitu aku lurus ke belakang dan belok kiri, aku sampai di resepsionis untuk Star Apt. Eeehhh, sudah lurus ke belakang dan mau belok kiri, ternyata itu pintu ke parkiran. Ini mbaknya beneran apa mau ngeprank doang sih? -____- Terus aku balik lagi buat tanya sekali lagi, tapi ke orang yang berbeda, tengsin lah saya. Haha. Mbaknya bilang, aku harus ke lurus ke belakang, belok kiri, dan naik lift di parkiran sampai lantai 6. Oke, lumayan jelas. Aku ke jalan yang diarahkan dan ketemu lift.
Penampakan kamar |
Pantri, kursi, cermin, cupboard, mini fridge |
Naiklah lift ke lantai 6 dan voila, aku tidak menemukan meja resepsionis di lantai itu. Buset, apa lagi ini ya Tuhan? Paling tidak, di situ ada kantornya Star Apt dan ada seorang bapak di dalamnya. Aku masuk dan bilang aku ingin check in di Star Apartment. Bapak tersebut melihat fileku dan mengarahkan ke lantai 19. Alamak.. Naik lift lagi dan ada seorang cewek di dalam. Dia akan ke lantai 15 dan aku pencet lantai 19. Setelah sampai di lantai 15, cewek itu turun dan anehnya, aku ikut turun. Dalam hati aku merutuki diri sendiri. Ngapain turun? Kan kamu turunnya di lantai 19. Mungkin aku hanya lapar. Naik lift lagi ke lantai 19.
Tiba di lantai 19, keluar lift ke arah kiri ada sebuah sofa dan meja kecil. Tak nampak resepsionis yang biasa aku lihat di hotel-hotel lain. Dan tidak ada orangnya. Kebetulan aku tiba bersama orang yang ternyata pegawai Star Apt. Dia bertanya, mau check in mbak? Kujawab iya. Di atas meja tersebut ada tulisan pencet bel, dan kupencet belnya sampai ada seorang pegawai yang tiba.
Proses check in lancar dan aku harus deposit seratus ribu rupiah. Petugas menyerahkan room card. Kamarku di lantai 20, jadi harus naik satu lantai lagi. Oke, usai sudah, akhirnya sampai di kamar, pikirku. Aku menuju ke sebuah pintu, kusodorkan room card tapi kok gagal teruuuus. Kebetulan pas ada satu pegawai di lantai itu, dia sigap mendatangiku, dan mengecek nomornya. Ternyata aku salah kamar. Lagi. Ini artinya aku benar-benar kelaparan.
Kamar mandi, ada cermin dan sink juga |
Setelah sampai di depan pitu yang tepat, aku bisa masuk kamarku. Yah, lumayan luas. Aku langsung cek kamar mandi (ada satu hair cap, tiga cutton buds, satu sikat dan pasta gigi, dua handuk--sabun sudah ditempat), cek kamar, cek pemandangan. Karena ini apartment, ada pantri kecil di sebelah kanan pintu masuk. Kompor listrik, sink, dua set mangkok-piring-sendok-garpu-tapi sendoknya hanya satu yang akhirnya kami minta satu sendok lagi, dan seperti biasa ada air mineral, gula-teh-kopi-krimer. Okelah, lumayan. Bednya juga besar.
Meja rias dan TV, ada brankas |
Cek dan ricek telah usai, saatnya berbaring santai sambil nonton TV. Kuraih remot dan pencet tombol power. Loh loh loh, kok nggak nyala? Yasudah, kuanggap baterainya habis sambil meraba-raba TV. Kunyalakan melalui power TV dan akhirnya menyala. Aku mau nonton film luar negeri ah, kalau RCTI di rumah aja bisa. Tapi ternyata eh ternyata, channelnya hanya sampai 17. Apa boleh buat daripada bored.
Tak berapa lama, suamiku tiba dan langsung kuajak ke rooftop di lantai 30. Lift hanya sampai lantai 28 sehingga untuk mencapai kolam renang tertinggi di Indonesia itu, kita harus naik lagi dua lantai. Sampai di atas, wow, pemandangan Kota Semarang terhampar jelas, ditemani sunset yang indah. Beberapa keluarga juga sedang asyik berenang atau sekadar duduk menikmati sunset. Mau renang tapi nggak bisa. Asyik dan healing banget di atas.
View dari kamar, ini cuma sebagian |
***
Begitulah cerita hari pertama, untuk hari kedua tidak terlalu menarik jadi sampai di sini. Review secara umum:
Kenyamanan kamar 💓💓💓💓
Kebersihan kamar 💓💓💓💓
Kebersihan kamar mandi 💓💓💓💓
Pelayanan 💓💓💓💓
Kelengkapan fasilitas (yang harusnya memang ada) 💓💓💓
View 💓💓💓💓
Harga 💓💓💓💓💓
Lokasi 💓💓💓💓
***
Oiya jadi ingat. Keesokan harinya, entah sedang ada apa di luar, tapi ada suara bising sekali yang sampai masuk kamar sampai akhirnya aku naikin volume TV biar tidak terdengar di dalam.
Boleh deh, sekali-kali coba menginap di Star Hotelnya, biar tahu beda antara Star Hotel dan Star Apartment-nya.